Buya Thohlon Meninggal Dunia

Innalillahi wa innal ilaihi raja’un. Pada hari Kamis, tanggal 02 Februari 2017, pukul 02.00 WIB di RS Muhammadiyah Palembang, Tuan Guru Drs  KH Thohlon Abd Rauf atau yang akrab disapa Buya Thohlon menutup usia.

Kabar duka meninggalnya Imam Ahlul Halli Wal ‘Aqdi yang pertama ini yang juga sebagai ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumsel tersebut menyebar luas di Facebook dan Pesan WhatsApp yang dikirim oleh anak almarhum, M Khalifah Alam. “Innalillahi wa inna ilayhi raji’un. Telah meninggal dunia ayahanda kami Buya KH Thohlon Abd Ra’uf… Kamis, Pukul 02.00 Wib Pagi ini di RS Muhammadiyah Palembang,” tulis Alam. Begitu yang disampaikan oleh akhuna M. Hendi Rakhmasya, Ketua Urusan Acara pada Bagian Musyawarah Anggota Keseretariatan Dunia (AKD) yang berteman di Facebook dengan anak Buya tersebut.

Buya Thohlon sempat dirawat intensif di RS Muhammadiyah sejak beberapa hari lalu. Selain dipadati warga sekitar, terlihat banyak tokoh dan ulama serta pejabat pemerintahan juga turut hadir di rumah duka yang beralamat di Jl Seduduk Putih Lrg Serasan Sekundang No 7 RT 24 RW 06 Kel 8 Ilir Kec IT II Palembang.

Beberapa hari sebelumnya, tepatnya pada hari Sabtu-Ahad, tanggal 28-29 Januari 2017 Buya Thohlon sebagai Imam Ahlul Halli Wal ‘Aqdi masih sempat memimpin Musyawarah Umum Ke-1 Tahun 1438 H bersama kepengurusan Majelis Utama. Selama dua hari itu pun sudah nampak kondisi kesehatan beliau yang tidak begitu prima, bahkan sempat istirahat tiduran sebentar di kamar Mess Ulama di komplek Yayasan Pendidikan dan Dakwah AKUIS setelah beliau meminum obat yang dibawanya di waktu ishoma pada musyawarah tersebut. Meski demikian, sepanjang musyawarah beliau selalu dapat memberikan pandangan dan jalan keluar yang simpel dan yang terbaik pada berbagai permasalahan yang dibahas sehingga semua agenda dibahas tuntas dan mencapai kesepakatan/kesimpulan. Termasuk juga bagaimana pola langkah gerakan dakwah para ulama dalam himpunan Ahlul Halli Wal ‘Aqdi ini. “Ustadz Bardan (red: Almarhum Muhammad Bardan Kindarto) itu sahabat saya, guru tafsir saya. Beliau yang mengingatkan tentang keberadaan dan tugas U-lu Baqiyah. Beliau telah merancang dan mengajak para ulama  untuk bersatu dalam  dakwah menuju janji Allah. Dan saya, kita, hanya tinggal melanjutkan dengan penuh kesabaran“, ungkap beliau dalam taushiyahnya pada musyawarah itu.

Selanjutnya beliau mengingatkan bahwa kesabaran para Ulama dalam himpunan Ahlul Halli Wal ‘Aqdi itu maksudnya harus senantiasa berpegang teguh dengan Al Qur-an dan As Sunnah. Menurutnya, para ulama harus terus saling nasehat-menasehati dengan keberanaran dan kesabaran. “Para ulama harus satu hati karena Allah, akrab dalam kebersamaan dan tidak memandang umur lebih tua atau lebih muda dalam bertugas apalagi Ashabiyah, karena hanya dengan cara-cara seperti itu Siyasah dan Syirran dalam dakwah Islam yang Rahmatan lil ‘alamin akan tetap dijaga dan dilindungi Allah. Terutama bagi umat Muslim bangsa Indonesia yang kondisinya ibaratkan umat Rasulullah Muhammad saw pada waktu dulu diikat dengan Piagam Madinah. Pancasila ini asalnya dari Piagam Jakarta yang telah dilahirkan para ulama sebagai pejuang terdahulu untuk mengahadapi kenyataan bangsa kita yang majemuk namun bertekad menjadi satu bangsa yang besar,  yakni bangsa Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila”, itulah beberapa petikan yang beberapa kali diingatkannya sepanjang musyawarah. Beliau juga mengingatkan tentang rancangan untuk persiapan-persiapan musyawarah umum selanjutnya di bulan Sya’ban 1438 sesuai agenda yang sekaligus sebagai musyawarah besar bagi seluruh ulama yang telah tergabung dalam Ahlul Halli Wal ‘Aqdi.

Toleransi adalah saling menghormati. Toleransi adalah menghargai satu dengan yang lain. Toleransi adalah berbeda-beda tapi satu persatuan. Toleransi adalah lakum dienukum waliyadien“, beberapa ungkapan beliau yang diposting dalam Facebooknya tanggal 26 Oktober 2016 yang lalu. 

Selamat jalan Buya Thohlon. Selamat jalan Imam Ahlul Halli Wal ‘Aqdi yang pertama. Insya Allah keluarga dan kami pun akan bersabar, karena pada waktunya nanti kami pun akan menyusul.